Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
- Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
- Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
- Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
- Irama puisi artinya panjang pendek, keras lembut, tinggi rendahnya suara.
- Intonasi atau lagu suara
Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai berikut :
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
- Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara
tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara
rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
- Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan
perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang
lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari
ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali
memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai
kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata
simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.